Sudah menjadi kenyataan bahwa Pencak Silat telah
dipertandingkan sebagai sebuah cabang olahraga. Pencak Silat diakui dan
diterima menjadi sebuah cabang olahraga prestasi karena Pencak Silat dapat
ditampilkan sebagai kegiatan pendidikan jasmani dan kompetitif yang aturannya
terorganisir. Salah satu ciri dari olahraga yang baik yaitu olahraga tersebut
tidak rawan cedera. Melihat hal ini maka diperlukan suatu sistem pertandingan
sedemikian rupa sehingga Pencak Silat dapat ditampilkan sebagai olahraga yang
menunjang kesehatan jasmani, kompetitif, dan tidak rawan cedera. Salah satu
dari implementasi sistem pertandingan olahraga Pencak Silat itu adalah para
pesilat yang bertanding wajib memakai pelindung badan (body protector).
Pada masa guru-guru kita dulu, pertandingan Pencak
Silat masih menggunakan sistem full-body contact dan tanpa aturan yang ketat.
Dalam pertandingan ini tidak mengenal ronde, tidak mengenal batas waktu. Siapa
yang tidak dapat melanjutkan pertarungan atau menyerah, dialah yang kalah. Tak
jarang jika pertandingan semacam ini akhirnya menimbulkan cedera yang parah
bahkan kematian. Hal ini dapat dimaklumi bahwa pada jaman itu orang belum
menjadikan Pencak Silat sebagai cabang olahraga yang resmi. Pada jaman itu
orang menggunakan Pencak Silat untuk membela diri. Karena itu panggung adu
kaweruh bisa digelar secara tertutup ataupun menjadi tontonan orang ramai di
pasar, dengan aturan yang sangat sederhana: "tanpa peraturan".
Dari kondisi yang demikian akhirnya lambat laun mendorong kesadaran bahwa selain sebagai seni beladiri, Pencak Silat juga dapat ditampilkan sebagai olahraga yang bisa dipertandingkan dan diperlombakan apabila faktor resiko cedera berat, cacat, atau bahkan kematian, dapat dihindari.
Beberapa uji coba pun dilakukan di berbagai daerah dan pusat. Di tahun 1957 sempat diadakan uji coba pertandingan di Stadion Kalisari, Semarang, dimana pada uji coba ini memang tidak ditemui cedera yang parah. Namun uji coba di tempat lain tidak begitu berhasil, karena disamping peraturan yang masih sangat longgar, para pesilat juga tidak menggunakan pelindung badan sehingga kontak fisik antar pesilat tidak dibatasi.
Jika PON ke-1 tahun 1948 sampai PON ke-VII tahun 1969 Pencak Silat ditampilkan dalam bentuk demonstrasi dan eksibisi, maka sejak tahun 1969 diusahakan agar Pencak Silat dapat tampil di PON sebagai olahraga & pertandingan. Pada tahun 1973, dengan diusulkan oleh 10 Top Organisasi di IPSI, dipersiapkanlah sistem pertandingan dengan menggunakan body protector dan sistem pertandingan yang lebih baik. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta, Pencak silat untuk pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan dipertandingkan secara nasional.
Keaslian Tradisi Sabung Terikat TAPAK SUCI
Adapun pada Perguruan TAPAK SUCI, sejak kejuaraan nasional pertama di tahun 1967 memang tidak menggunakan pelindung badan dalam pertandingan olahraga. Tapi sesuai dengan kebutuhan dan penyesuaian jaman, sebagai sebuah olahraga prestasi TAPAK SUCI berketetapan untuk menerapkan penggunaan pelindung badan pada pertandingan olahraga TAPAK SUCI. Apalagi hal ini juga untuk membiasakan atlet beradaptasi dengan penggunaan body protector seperti pada pertandingan di IPSI.
TAPAK SUCI tetap mempertahankan tradisi adu kaweruh,
dan mempertahankan kaidah pencak silat dalam hal Sabung Terikat maupun Sabung
Bebas. Jika membicarakan pertandingan olahraga maka kita mesti kembali kepada
pemahaman bahwa sabung (pertandingan) olahraga bukanlah termasuk kategori
Sabung Bebas, melainkan Sabung Terikat.
Jika kita berpijak kepada kaidah sabung terikat,
pertandingan olahraga TAPAK SUCI yang asli itu sesungguhnya sudah menerapkan
kaidah-kaidah sabung olahraga yang tidak rawan cedera. Dalam kaidah TAPAK SUCI
mengenai Sabung Terikat digariskan bahwa setiap pesilat melakukan lontaran
paling banyak tiga lontaran, lalu setelah itu masing-masing pesilat
kembali ke titik awal dan bersiap dengan melakukan Sikap Pasang. Apapun jenis
lontaran dan hindaranya, apapun pole serang-bela yang diterapkan, jika kita
kembali kepada aturan yang demikian maka akan nampak kerapihan dan kesempurnaan
teknik sabung dari tiap-tiap pesilat. Kaidah inipun dapat meminimalisir
kemungkinan penggunaan tenaga yang tidak terkendali. Masing-masing pesilat
tidak lagi melancarkan serangan yang bertubi-tubi, dengan tenaga yang tidak terkendali.
Wasit juga akan lebih mudah memberi penilaian dengan seksama. Kiranya inilah
jasa para pendahulu TAPAK SUCI yang menitikberatkan aspek kerapihan dan
kesempurnaan teknik dalam sabung olahraga. Penampilan pertandingan olahraga
Pencak Silat pun dapat lebih dinikmati, bukan lagi sekedar pukulan bertubi-tubi
dalam mengejar point atau waktu. Namun sayangnya dalam masa pelatihan para
atlet TAPAK SUCI itu terpacu dengan apa yang berlaku umum di gelanggang, atau
oleh pertunjukan-pertunjukan pertarungan yang bebas dan keras.
Hal inilah yang mesti dipahami dan dilestarikan oleh
para atlet TAPAK SUCI. Sehingga dengan demikian akan tampak kaidah pencak silat
khas TAPAK SUCI. Pertandingan olahraga pun dapat tersaji dengan lebih menarik
dan tidak rawan cedera, karena TAPAK SUCI adalah olahraga yang memiliki
kaidah dan olahraga yang tidak rawan cedera.
0 comments:
Post a Comment
Satu kalimat sangat bermanfaat bagi kami